Cerita Dirut PSIM Yogyakarta Dibalik Keberhasilan Laskar Mataram Promosi ke Liga 1

3 days ago 11

Mediaolahraga, Direktur Utama PSIM Yogyakarta, Liana Tasno, baru-baru ini berbagi cerita inspiratif dalam kanal YouTube Liputan6 tentang perjalanan panjang Laskar Mataram yang akhirnya berhasil promosi ke Liga 1 musim depan.

PSIM Yogyakarta kini menjadi wakil baru dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di BRI Liga 1, mengikuti jejak PSS Sleman yang lebih dulu berkiprah di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Keberhasilan PSIM tercatat setelah mereka menjadi juara Liga 2 2024/2025, mengalahkan Bhayangkara FC dengan skor 2-1 di final yang digelar di Stadion Manahan, Solo, pada Rabu (26/2/2025).

Prestasi ini mengakhiri penantian panjang selama 18 tahun bagi warga Yogyakarta yang sangat mendambakan kembalinya PSIM ke Liga 1.

Liana Tasno, yang bergabung dengan PSIM pada 2019, mengungkapkan bahwa pada awalnya dia merasa proyek ini hampir mustahil tercapai. “Aku terima proyek ini dibeli konsorsium tahun 2019, dulu cuma handle sponsorship. Aku dipromosi jadi Direktur Utama pada 2023, sekali gagal dan dua kali yang sekarang. Awalnya aku berpikir ini project mission impossible. Sekarang setelah enam tahun, baru akhirnya berhasil,” kata Liana.

Perjalanan Berat Menuju Liga 1

Laskar Mataram menghadapi banyak rintangan dalam perjalanan mereka menuju Liga 1. Pada 2021, mereka hampir naik kasta namun gagal setelah kalah 0-1 dari Dewa United dalam perebutan tempat ketiga Liga 2. Liana mengungkapkan bahwa jika mereka gagal lagi pada tahun ini, dia sudah berencana untuk mengundurkan diri.

“Saya sudah mau resign, tapi itu enggak pernah aku ungkapkan. Andai gagal, aku sudah enggak bisa ngulang lagi. PSIM dengan aku harus mulai dari awal lagi, dengan suporter dan segala tantangan lain. Itu memang berat,” ungkap Liana.

Namun, berkat kerja keras dan ketekunan, Liana dan tim berhasil mengatasi semua tantangan dan mencapai tujuan besar mereka. “Pas lolos kemarin aku langsung telepon investor dan nangis,” lanjutnya, menceritakan momen emosional setelah meraih promosi.

Perbedaan Musim Lalu dan Sekarang

Liana menyebutkan tiga faktor utama yang membedakan musim ini dengan musim lalu: kepercayaan, chemistry, dan tidak adanya toxic dalam tim. “Sekarang, human resource-nya lebih solid, nggak ada toxic. Semua elemen saling bahu-membahu, melengkapi kekuatan dan kelemahan masing-masing untuk mencapai tujuan bersama,” jelas Liana.

Atmosfer positif ini tercipta berkat hubungan yang lebih harmonis antara semua elemen tim, dari manajer hingga suporter. Hal ini membuat PSIM dapat tampil lebih efektif dan terorganisir.

Apresiasi Terhadap Tim

Liana juga memberi apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi besar dalam meraih keberhasilan ini, terutama caretaker pelatih Erwan Hendarwanto dan manajer tim Razzi Taruna. “Tahun pertama, aku tidak punya pengalaman sebagai presiden klub. Aku orang komersial, jadi nggak tahu soal teknis. Tapi pada tahun kedua, banyak elemen tim yang mulai berjalan dengan baik,” kata Liana.

Meski Liana merasa dirinya bukanlah kunci utama dalam kesuksesan ini, dia mengakui bahwa Razzi dan Erwan Hendarwanto memiliki peran besar dalam keberhasilan PSIM. “Yang luar biasa itu memang Razzi dan coach Erwan, bukan aku. Aku nggak ngerti soal teknis,” pungkas Liana.

Keberhasilan PSIM Yogyakarta kembali ke Liga 1 membuktikan bahwa dengan dedikasi, kerja keras, dan sinergi antara seluruh elemen tim, mereka siap menghadapi tantangan lebih besar di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia musim depan.

Post Views: 1

Read Entire Article
Asia Sport| Info Olahraga | Daily News | |