Suku Bunga BI Masih Bisa Turun, Tapi…

3 days ago 12
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Februari 2025. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Keputusan Bank Indonesia (BI) soal suku bunga kali ini lebih memilih untuk mempertahankan suku bunganya meskipun BI masih membuka peluang untuk terjadinya pemangkasan suku bunga apabila kondisi globalnya mendukung.

BI secara sah mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate pada level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama 18-19 Februari 2025.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Februari 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate pada level 5,75%,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (19/2/2025).

Begitu pula dengan suku bunga Deposit Facility yang juga tetap sebesar 5% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Keputusan ini tidak terlalu mencengangkan karena sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dari 19 lembaga/institusi dengan mayoritas suara yakni ditahan pada level 5,75%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa alasan ditahannya suku bunga acuan ini karena upaya dalam menjaga agar perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah yaitu 2,5 plus minus 1%.

Tidak hanya soal menjaga inflasi, Perry juga mengungkapkan bahwa kondisi rupiah yang stabil di tengah ketidakpastian global yang tinggi dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Ke depan BI terus mencermati prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI Rate dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah,” jelasnya.

Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) secara month to date/mtd hingga 19 Februari 2025 tampak hanya terdepresiasi sebesar 0,21% dengan rentang pergerakan antara Rp16.160-16.470/US$.

Kondisi ini tampak lebih baik dibandingkan performa rupiah sepanjang Januari 2025 yang melemah sebesar 1,27%.

Dalam menghadapi situasi global yang kian tak menentu, BI pun menyampaikan bahwa terus hadir di pasar dan setiap hari melakukan intervensi demi rupiah yang stabil.

“BI selalu berada di pasar dan setiap hari kita intervensi,” ujar Perry.

BI memastikan selalu berada di pasar dan melakukan intervensi baik di pasar spot, DNDF dan surat berharga negara (SBN) agar rupiah bergerak stabil.

Kestabilan nilai tukar sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada 2025, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4,7-5,5% secara tahunan atau year on year (yoy).

“Tidak ada suatu negara ekonominya bergulir tanpa adanya stabilitas termasuk stabiltias nilai tukar rupiah,” terang Perry.

BI juga mengoptimalkan instrumen moneter termasuk melalui SRBI, SVBI dan SUVBI. Hingga 17 Februari 2025, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp892,90 triliun, US$3,03 miliar dan US$ 587 juta.

Upaya BI dalam mengoptimalkan instrumen investasi layaknya SBN dan SRBI pun tampak cukup positif yang terindikasi lewat net foreign buy secara year to date/ytd hingga 13 Februari 2025 sebesarRp10,11 triliun di pasar SBN dan Rp4,60 triliun di SRBI.

Peluang BI Pangkas Suku Bunga di 2025

BI menegaskan jika suku bunga acuan berpotensi kembali mengalami penurunan disepanjang tahun ini karena BI melihat inflasi cenderung rendah dan BI terus hadir dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Namun, perlu dicatat bahwa dibutuhkan timing yang tepat dengan tetap mempertimbangkan dinamika global.

“Intinya ruangnya ada, timingnya tergantung dinamika global,” kata Perry.

Beberapa hal dari dinamika global yang patut dicermati oleh BI antara lain, inflasi global termasuk AS, harga komoditas, perubahan kebijakan suku bunga global termasuk bank sentral AS (The Fed), hingga ketegangan geopolitik antar negara. Beberapa hal tersebut akan memengaruhi kondisi roda perekonomian Tanah Air termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan mata uang mitra dagang lainnya.

Salah satu contohnya yakni kebijakan suku bunga The Fed yang menurut Perry dan penjelasan Chairman The Fed, Jerome Powell bahwa kemungkinan Fed Fund Rate (FFR) hanya turun satu kali di tahun ini dengan besaran 25 basis poin (bps).

Survei CME FedWatch Tool menunjukkan potensi pemangkasan FFR tahun ini diekspektasikan hanya terjadi satu kali dengan first cut rate pada Juli 2025. Hal ini terjadi kemunduran jika dibandingkan beberapa waktu lalu yang first cut rate terjadi pada Juni 2025.

Selain itu, Perry melihat ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi dipengaruhi kebijakan tarif impor AS yang lebih cepat dan lebih luas dari perkiraan semula. Dengan risiko ini, dia mengingatkan perlunya penguatan respons kebijakan dari dalam negeri guna menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Ketidakpastian global yang tetap tinggi ini terus memerlukan penguatan respons kebijakan yang terus ditingkatkan sehingga dapat dimitigasi dampak rambatannya untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik,” papar Perry.

Read Entire Article
Asia Sport| Info Olahraga | Daily News | |